Marketing dan Manajemen Syiar
Riswan
Febrianto
Marketing dan Manajemen Syiar, sebuah terminologi
yang terdiri dari 3 kata yang masing-masing berasal dari disiplin ilmu yang
tidak sama. Marketing dan manajemen sering kita temukan dalam ilmu ekonomi. Sementara
syiar lebih banyak kita diskusikan bila sedang berbicara tentang ilmu agama.
Marketing menurut Oxford Learner’s Pocket Dictionary memiliki definisi ‘part of business concerned with the
advertisement, selling, and distribution of goods.’ Penekanannya adalah
pada pengiklanan, penjualan, dan peredaran dari suatu ‘barang’. Selanjutnya
manajemen, secara sederhana adalah upaya mengatur dan mengerahkan berbagai
sumber daya, mencakup manusia (man),
uang (money), dan barang (material). Terakhir, syiar. Syiar bila
dikonversikan ke dalam bahasa kita, dapat dipahami dengan artian mengajak,
menyeru, serta mempengaruhi. Definisinya dapat dijelaskan sebagai berikut:
mengajak, menyeru, atau mempengaruhi orang lain kepada agama Allah (Islam).
Jadi, marketing dan menajemen syiar kurang lebihnya dapat kita maknai sebagai
suatu usaha untuk memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada untuk kemudian
kita ‘jual’ kepada orang banyak sehingga mereka terpengaruh dan hasil akhir
yang diharapkan adalah mereka dapat berkumpul dengan kita untuk kemudian
bersama-sama merasakan indahnya Islam.
Marketing yang bagus, salah satunya
dicontohkan oleh rokok. Meskipun di setiap kemasannya tertulis dengan sangat
jelas “Merokok Dapat Menyebabkan Kanker, Serangan Jantung, Impotensi dan Gangguan
Kehamilan dan Janin” tetapi dalam setiap iklan yang ditampilkan baik di media
elektronik maupun media massa, mereka selalu mampu menampilkan kesan yang
elegan, dinamis, prestatif dan kesan-kesan positif lainnya. Tidak pernah tampak
kesan negatif sedikitpun. Bahkan dari tahun ke tahun jumlah penghisap rokok
terus meningkat. Mungkin yang bisa kita tiru dari sana adalah cara pencitraan
kesannya. Jadi selain kita aktif berdakwah, mensyiarkan kalimat-kalimat Allah
di kampus, kita juga harus membangun sebuah pencitraan, kesan bahwa seorang ADK
(Aktivis Dakwah Kampus) adalah mahasiswa yang ramah, pandai bergaul, berwawasan
luas, berprestasi dan lain-lain agar orang lain lebih tertarik dengan seruan
kita.
Dalam marketing syiar sedikitnya
terdapat dua aspek utama, yang pertama da’i sebagai pemberi materi, dan yang
kedua mad’u sebagai penerima materi. Antara da’i dan mad’u ada materi. Da’i
yang ideal adalah ilmu sebelum amal. Seorang da’i haruslah mengunduh ilmu dari
berbagai sumber yang ada, mencuri dari orang-orang yang lebih pandai,
merampasnya dari para ilmuwan, mengambil ilmu sebanyak mungkin dari mana saja
dia mampu. Dalam Islam, kita sudah diperintahkan untuk tidak segera puas dalam
3 hal: ibadah, sedekah, dan ilmu. Menuntut ilmu termasuk satu dari 3 yang tersebut.
Barulah setelah memiliki ilmu yang
dirasa cukup maka dakwahkanlah, tebarkanlah ilmu-ilmu yang dimilki di
tempat-tempat yang ‘gersang’, siramkanlah kepada orang-orang yang sedang
kehausan, tanamkanlah pada tanah-tanah yang tandus, sebarkanlah dalam jangkauan
yang seluas-luasnya menembus batas-batas kemuskilan yang ada. Karena ilmu dapat
menciptakan kemakmuran, memberikan kesegaran, menyemaikan kesuburan dan
menimbulkan suatu keharmonisan. Lalu untuk mad’u sebagai yang diberi materi,
usahakanlah dimulai dari orang-orang terdekat bisa keluarga, sahabat, teman
satu kos dan terus berlanjut, lakukanlah ekstensifikasi
setelah intensifikasi selasai. Tetapi
janganlah kita memaksakan bahwa semua yang kita sampaikan haruslah bisa
diterima dan dipahami oleh mereka dengan segera. Diperlukan sebuah keistiqomahan dalam usaha ini. Kemudian
yang terletak di antara keduanya (da’i dan mad’u) adalah materi. Materi yang
kita sampaikan haruslah bisa beraklimatimasi dengan situasi dan kondisi yang
sedang terjadi agar selalu menarik mad’u. Misal jika yang sedang ramai
diperbincangkan adalah perihal cinta, pacaran, nikah dan sebagainya maka
cobalah sampaikan sebuah materi dengan judul “Ketika Hati dan Jiwa Tersengat
Cinta”. Usahakanlah tidak memberikan materi yang terlalu banyak kepada mad’u, sedikit
tapi penuh makna karena kata-kata sederhana yang diungkapkan dengan tulus dan
penuh cinta, akan mampu mengubah arah kehidupan seseorang.
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[*]
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.
[*]Hikmah: ialah perkataan
yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
Ayat tersebut menjadi
landasan konstitusional syar’iyah dakwah. Secara tersirat Allah menegaskan
bahwa kewajiban dakwah tersematkan dalam diri tiap individu. Hukum menebarkan
kalimat-kalimat Allah adalah fardlu ain,
bukan fardlu kifayah! Dan tentu saja
yang kemudian menjadi penting adalah marilah kembali kita luruskan niat kita,
meskipun kita berjuang dalam Lembaga Dakwah Fakultas yang kita menjadi bagian
darinya, tetapi tujuan akhir dari dakwah kita adalah mengajak orang lain kepada
jalan Allah, bukan kepada LDF kita. Selain aibat kewajiban yang disematkan oleh
ayat di atas, tidak inginkah kita dipandang baik oleh Allah? Cermatilah Qur’an dalam Surat Al Fushshilat ayat 33;
Artinya: Siapakah
yang lebih baik perkataannya daripada orang
yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:
"Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?"
Alasan terakhir yang menjadikan
aktivitas kita sebagai aktivis dakwah kampus menjadi penting adalah tempat di
mana kita berdakwah. Kampus merupakan gerbang terakhir sebelum seseorang yang
memiliki intelektualitas tinggi akan dilepas untuk berkarya di masyarakat. Kita
harus bisa memanfaatkan peluang ini dengan cara membentuk mereka, menanamkan
nilai-nilai Islam yang agung nan luhur tepat sebelum mereka benar-benar bekerja
demi umat. Bila nilai-nilai ke-Islaman sudah benar-benar tumbuh dalam hati
mereka, maka hasilny akan tercetak intelek-intelek bangsa yang selalu
berafiliasi terhadap Islam.
Artinya:
“Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari
orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah
Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong.”
0 komentar:
Posting Komentar